Sabtu, 26 Desember 2015

Story will be continued...

Kedatangan pagi itu membuatku isak akan meninggalkan tempat tinggalku. Kedatangan pagi itu juga yang akan membuatku berpisah dengan mereka yang ku sayang. Keluarga juga teman-teman kecil bermainku. Pagi itu juga seorang yang sudah berajak ke usia tua itu yang slalu ku panggil mamiq memasukkan semua barang-barangku kedalam bagasi mobil. Ibuku, tetanggku, saudara-saudaraku tersenyum dengan tangis yang mereka sembuyikan. Pahit rasanya, aku tak pernah menginginkan in. Karena keinginan dia yang ku sebut inaq, yang slalu ku kecewakan, aku belajar untuk menuruti keiginannya.

Satu, dua dan selanjutnya ku melangkahkan kaki ku ke arah mobil yang  akan mengantarku menuju terminal bis. Sesekali ku berbalik, melihat ke arah mereka. Akhirnya tangis yang  kami sembunyakan sejak tadi kini tak  kuasa kami simpan lagi. Teman-teman dan sahabat-sahabat kecilku yang slalu menemaniku, akan ku tinggalkan mereka sejak saat itu, dan akan ku temui mereka lagi satu tahun selanjutnya. Enggan rasanya untuku melepas pelukan erat  mereka. Bagiku mereka yang ku punya di balik keberadaan keluargaku.

Mobil itu melaju dengan cepatnya, ku lihat keadaan sekitar sejak perjalanan. Rumah-rumah, sawah-sawah, petani yang sedang asyik mengukuri tanaman lahannya, kebiasaan anak muda yang mengencangkan laju motornya dengan suara knalpot resing, beberapa pasangan pengantin yang nyongkolan dengan adat  kami membuat macat  kendaraan karena memenuhi setengah bagian jalan, suara sopir angkot yang menyentak beberapa pengendara sepeda motor yang menghalangi bagian depan. Tak terasa mobil itupun sampai di terminal. Mamiqku mulai berlari mencari bis tujuan Malang. Barang-barangku di pindah, dan aku akan  berangkat tidak lebih dari setengah jam ini. Ku peluk ibu dengan keadaan hati yang berat dan seakan berkata “Ibu aku lakukan semua ini untukmu, untuk sedikit menebus kesalahan-kesalanku dulu”.

Dalam perjalanan itu fikiranku seakan penuh dengan bayangan-bayangan itu. Masa SMA yang slalu ku banggakan. Kenangan manis, pahit, asam, entahlah semua ku rasakan saat itu. Dosaku terlalu banyak untuk ku ungkap satu persatu. Kekecawaan yang selalu ku berikan kepada mereka orang tuaku. Sehingga kadang ku lihat rasa penyaslan mereka karna kehadiranku sebagai anaknya. Namun apa yang harus aku perbuat?. Setelah aku lulus dari MI di rumahku, aku pun tak pernah mendapatkan juara lagi untuk  ku persembahkan kepada mereka. Dan kini aku ingin memperbaiki diriku, setidaknya aku bisa berubah dan lepas dari segala kesalahan-kesalahan dan  juga dosa-dosaku yang dulu.

Ku lihat mamiqku yang sibuk dengan hendphone kecilnya sejak tadi, entah apa yang dia lakukan, setahuku tangannya terlihat kaku menekan tombol-tommbol itu. Ku pandangi terus wajahnya yang mulai mengeriput. Mamiqku sudah tua, mugkin umurnya juga sudah terlalu tua yang tak pernah tampak di wajahnya, tapi sampai saat inipun aku tak pernah bisa membuat sebuah senyum kebanggan darinya.

Pagi itu, setelah menyebrangi laut panjang dua pelabuhan, akupun sampai di tanah Jawa “Terminal Bis Malang”. Asing rasanya unntukku,  ku lihat suasana dalam keramayan yang sekalipun tak pernah ku lihat di terminal pulauku. Ku lanjutkan lagi perjalanan panjang itu, aku heran sejauh ini belum juga sampai. Di mana tempat tujuan yang sesungguhnya aku akan di bawa?. Tapi rasa malas mengalahi rasa penasaranku, aku hanya diam di kursi tempat dudukku, menunggu sampai aku tiba di tempat itu.

Kumandang adzan maghrib itu mengantrkanku sampai di tempat tujuan, ku naiki becak yang belum juga ada di tempatku untuk sampai di tujuan terakhir. Ku baca pamflet besar yang tetulis di depan jalan “Pondok Pesantren Darul ‘Ulum” inikah tempat itu?. Entahlah yang aku tau becak yang mengantar kami masuk menuju jalan itu. Hingga kami sampai di rumah seorang kiyai yang menjabat sebagai sekertaris 1 di pondok yang besar ini. Aku takut, begitu takut untuk memulai hidup baru di tempat ini, aku malu, aku belum terlalu dalam mengenal agama seperti mereka-mereka. Beberapa hari sudah aku disini, aku di serahkan kepada pengurus salah satu pondok milik seorang kiyai tadi. Ku memasuki sebuah kamar kecil,  kukenali mereka satu persatu. Mereka  adalah pembina di asrama ini. Dan aku akan tinggal di kamar ini juga dan akan menjadi pembina seperti mereka. Apakah aku pantas menjadi seorang embina yang belum mengetahui  ajaran agama yang cukup. Yang penting mereka mengatakan  belajar dari hal yang kecil itu lebih baik.

Pagi itu aku mengikuti tes seleksi memasuki universitas dengan salah satu teman pembina yang memilih satu  fajkultas denganku. Mamiqku menunggu hingga hasil tesku keluar. Setelah mengetahui aku lulus, Mamiq pulang meninggalkanku di tempat ini, iya aku belajar untuk hidup jauh dari mereka, tapi sekali lagi ini bukanlah pilihanku.

Beberapa hari aku disini, tangisku tak pernah berhenti karena rinduku terhadap mereka.  Lebaran Idul Adha pun keberadaanku disini tanpa mereka. Sejenak ku telpon nomor kontak mamiq, suara itu membuatku bungkam dengan tangis, aku meminta maaf sedalam-dalamnya kepada mereka. Dengan apa aku harus menebus segala dosaku selama ini?. Tapi ibu dan ayahku begitu tenang menghadapiku, hanya dengan kata “sudah nak, jangan nangis. Inak sama mamiq juga minta maaf, baik-baik disana jangan mikirin rumah terus” yang mereka ucapkan. Tapi aku belajar dari itu semua, kerja keras orang tuaku yang ingin membutku berubah dengan mereka membawaku sejauh ini. Ku terapkan kata “InsyaAllah” untuk ku genggam dalam perosesku menuju kebaikan.
Setahun sudah lamanya aku berada dalam  penjara suci ini. Ku merindukan saat-saat kepulanganku pada bulan Ramadhan kali ini. Hari itu pun dengan kegembiraan yang tak bisa ku ungkapkan, ku tunggu kehadiran mamiqku menjemputku.  Setelah ku izin ibu Nyai, aku berangkat dengannya menuju terminal dan ku lanjutkan ke bandara. Kali itu, kali pertama ku naiki  pesawat. Takut, senang.... entahlah apa yang ku rasakan sebenarnya. Yang jelas ini tak pernah ku rasakan sebelumnya.
 
Satu jam dalam pesawat, akhirnya pesawat itu mendarat di BIL (Bandara Internasional Lombok). Sepupuku yang menjemputku pun langsung memeluku dengan rasa rindu yang begitu berat telah kami pendam setahun ini.  Aku pulang menuju rumah kecil, juga keluarga kecilku. Seperti apa mereka yang ku tinggalkan selama ini. Setibaku, ku ucapkan salam “Assalamualaikum...” serya memeluk ibu dan saudaraku, mereka juuga tak mau terkalahkan, kawan-kawan kecilku yang slalu ku sebut saudara. Namun keberadaanku disana tak lama, satu bulan setelah aku membantu orang tuaku sebentar mengurusi anak-anak sekolah. Aku mulai belajar mengajar menjadi seorang guru. Dan kepulanganku saat itu juga tak lupa ku kunjungi seorang guru yang telah membantu proses belajarku di MANku dulu. Bapak Halil Subagyono, yang selalu memberiku motivasi juga semangat untukku teruskan belajar sampai batas kemampuanku. Beliau juga yang memberikan petunjuk padaku untuk mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Beliau seperti ayahku di luar keluargaku. Senakal apapun aku dulu, beliau tak pernah menyerah untuk menariku lagi dala kesadaran. Setiap hari harus slalu ada yang aku ceritakan kepadanya, untukku jadikan sebuah pelajaran juga cerita ketika aku tua nanti.

Aku kembali merantau untuk mencari bekal ilmu sebagai kawan hidupku agar aku tidak salah melangkah lagi.

Selasa, 19 Mei 2015

Academic Writing 4 Assignment 1

Name   : Baiq Ayu Ida Kholida
NIM    : 2313034       

Local Products are not Always Worse than Imported Products
Now days, many causes that made Indonesian more consume import products. Not only increase the quality of products, but also import products more creative in distribute their products in Indonesia, which look more interesting by its brand or sponsored by famous international actor and actress. In addition, local products is not lost with import products as wardah that has higher quality than L’oreal Paris cosmetic.
Import products have enter in Indonesia. Its about brand and quality. Import products that has been registrated with better quality, make the native society to ignore local products. Besides, almost of Indonesia people more choose import products to consumed, include make up product as like L’oreal Paris, that have brand which knew by Indonesian. But it has weakness are not protection to UVE, the packaging is not interest and it has insecure for skin. But sometimes our society don’t believe about it, and always wearing the product until they know the effect of the product.
Actually Indonesia product has many excess as Wardah  product. It is not lost with import product. It has many types of cosmetic as eye shadow, powder, until pure skin, facial wash and face cream to be prouded. So, that is not more different than import product. Wardah have best quality from local products. Its can give benefit to our country if our society are wearing it.
In conclusion, Indonesia’s product not running over import product yet. Because local product has higher quality than import product. As Indonesian must be proud of it. And to save our currency. So, we must keep local product by using and wearing it.

        




UTS Theory of Literature

Name  : Baiq Ayu Ida Kholida
NIM    : 2313034
1.    Marxist Theory
a.    Definition  : Culture theory that embodies a set of social, economic and political ideas that its follower believe will enable them to interpret and change their world.
b.   History       :
History is marked by the growth of human productive capacity, and the forms that history produced for each separate society is a function of what was needed to maximize productive capacity.
The beginning of Marxist thought came about through Karl Marx and Friedrich Engels’ The Communist Manifesto during the late 19th century. In the 20th century, the “Russian Revolution Architects” headed by Leon Trotsky applied Marx’s ideas to literary texts. Trotsky was exiled by stalin, however, and Theodor Adorno helped form the core of early Marxist critics. The Frankfurt School then attempted to reconstruct the theory to enable it to withstand totalitarian corruption. The criticism reached its peak during times of economic tragedy and, consequently, following the Great Depression, faded away. Marxism then resurfaced again years later in the 1960s during the time of politically tumultuous events such as the Vietnam War and the Cuban Missile Crisis.
c. Famouse people :
-   Karl Heinrich Marx (1818-1883)
ü   Born in Trier, Germany in 1818
ü   German philosopher who rejected the tenets of Romanticism in favor of philosophy of dialectical materialism.  
ü   Criticized the injustice inherent in the European class/capitalist system of economics operating in the 19th Century. 
ü   Believed that capitalism allowed the bourgeoisie to benefit at the expense of the workers. 
ü   The Communist Manifesto
ü   Das Kapital, analyzes the capitalist form of wealth production and its consequences for culture.
-       Friedrich Engles (1820-1895)
ü   German Writers, Philosophers, Social Critics
ü   Coauthored The Communist Manifesto
ü   Declared that the capitalists, or the bourgeoisie, had successfully enslaved the working class, or the proletariat, through economic policies and control of the production of goods
ü  REFERENSI
ü  Creft, Cross. 1997. Literature, Criticism and Style. Oxford: Oxford University Press.
ü  Perrine, Laurence. 1983. Literature: Structure, Sound and Sense. New York: Harcourt Brace Javanovich.
2.    Feminism
a.    Definition  : Theory that men and women should be equal politically, economically and 
               socially
b.    History       : Feminism itself has grown since its initial emergence; it is divided into three waves, the first wave was in 1848-1920, the second wave was in 1960-1990 and the third wave was in 1990-present. Each wave fought for different things, the first wave fought for the rights of women to vote in general election, because at that time women were not allowed to vote. While in the second wave, feminism fought for economic and social equality, and in the third wave, is to be determined.
c.    Famouse people    :
  Dorothy E. Smith (1926)
ü   Earned BA from London School of Economics
ü   Earned PhD in sociology from University of California at Berkeley
ü   Husband left her with two children
ü   Worked at Berkeley (where most professors were male) and in England as a lecturer
   Sandra Harding (1935)
ü  Professor of women’s studies at UCLA
ü  Directs Center for the Study of Women
ü  Author or editor of ten books
ü  Given over 200 lectures at universities and conferences
ü  Written in such areas as feminist theory, sociology of knowledge, and methodological issues related to objectivity and neutrality
   Patricia Hill Collins (1948)
ü  BA from Brandeis, MA from Harvard, and PhD from Brandeis
ü  Associate professor of sociology and African American studies at University of  
     Cincinnati
ü  Outsider within – one is part of a group but feels distant from that group
3.    Culture study
a.    Definition  : Related to New Historicism but with a particular and cross-disciplinary emphasis on taking seriously those work traditionally marginalized by the easthetic ideology by white european males. It examines social, economic and political condition that effect institution and product such as literature and question traditional value hierarchies. 
Cultural studies is politically engaged. Cultural critics see themselves as “oppositional,” not only within their own disciplines but to many of the power structures of society at large.
b.   History       :
Ø  50's-- Socialist humanism;  (or Marxism) -- Richard Hoggart , Raymond Williams, and Edward Thompson.
ü  The assumption of cultural studies that industrial capitalist societies are unequally divided along class, gender and ethnic lines is drawn from Marxism. But cultural studies goes further in contending that culture is the main arena where this division is established and fought for, where subordinate and marginalized groups resist the imposition of meanings which reflect the interests of the dominant groups.
  • Ø  60's -- Culturalist -- Richard Hoggart , Raymond Williams, and Edward Thompson.
    •   Culturalism focuses on meaning production by human actors in a historical context.
    •  Culturalism stresses history.
    •  Culturalism focuses on interpretation as a way of understanding meaning.
Ø  70‘s --  Structuralist marxism; Semiotics;
E.g. Ferdinand de Saussure ; Louis Althusser ; Roland Barthes
  •   Structuralism points to culture as an expression of deep structures of language that lie outside of the intentions of actors and constrain them.
  •   According to Louis althusser, structuralism has two crucial aspects, they are:                              à The recognition that differential relations are the key to understanding culture and society  à As a result, structure is not prior to the realization of these relations
  • Structuralism is synchronic in approach, analyzing the structures of relations in a snapshot of a particular moment. As such, it asserts the specificity of culture and its irreducibility to any other phenomena.
  • Structuralism has asserted the possibility of a science of signs and thus of objective knowledge.
Ø  mid-70’s  - Post structuralism
-- Derrida  
--
Foucault and discursive practices
Ø  mid- 80's -- postmodern debate
             Thus, postmodernism argues that knowledge is:
  Specific to language-games
  Local, plural and diverse.
Ø  90‘s – regional Cultural Studies (e.g. that in Taiwan, or inter-Asia Cultural Studies)
ü  During the Thatcher years (1979-90), British cultural studies began to fragment and leave the shores of Britain. Cultural studies migrated to the United States, Canada, Australia, France and India.
ü  In certain locations, it became less political and more concerned with aesthetic and textual analysis. In other regions, it became more political and involved with the plight of the marginalized and discourses of the periphery.
ü  Cultural studies became highly diversified
C.        Famous People
Ø  Richard Hoggart
ü  Richard Horgart started his academic career as an adult education tutor at the University of Hull.
ü  As professor of English literature at Birmingham University, he founded the Centre for Contemporary Cultural Studies.
ü  His book The Uses of Literacy (1957) gave cultural studies its first identifiable, intellectual shape.
ü  Basing his work on F.R. Leavis's (1895- 1978) ideas on literary criticism,
ü  Hoggart argued that a critical reading of art could reveal "the felt quality of life" of a society. Only art could recreate life in all its rich complexity and diversity.
Ø  Raymond Williams
ü  Raymond Williams also started his academic career as an adult education tutor
ü  He taught at Oxford University from 1946 to 1960.
ü  His books Culture and Society (1958) and The Long Revolution (1961) draw on two traditions within Marxism.
ü  For Williams, culture is an all-inclusive entity, a "whole way of life, material, intellectual and spiritual".
ü  He traces the evolution of culture through its various historical conditions towards a "complete" form.
ü  Williams sees the emergence of a "general human culture" in specific societies where it is shaped by local and temporary systems.
REFFERENCES
ü  Castle, Gregory.2007.The Blackwell Guide to Literary Theory. USA: Blackwell Publishing   Ltd.
ü  Daiches, David. 1956. Critical Approaches to Literature. London: Longman Group Limited.




Academic Writing 4 Assignment

NIM    : 2313034
Drug Dealers Should be Given a Death Sentence

Drug trafficking in Indonesia increasingly wide. Either by Indonesia society itself or foreign residents who come to Indonesia. therefore, in the system of government for this time, the president, Joko Widodo still carry out the death sentence for anyone who dealers drug in Indonesia. but in myself do not agree with this sentence because, in the determination of the law will make harm for Indonesia itself. as the loss of the reputation in the international world in order that make reduced the confidence of foreign resident to Indonesia and it will stretch the working relationship among countries.
The first result of the determination of the death sentence for drug dealers is the loss of the reputation of Indonesia in the international world that will be reduced the confidence of foreign countries to Indonesia, which could Indonesia a big loss. Head of Advocacy Association Families of the Disappeared Indonesia (IKOHI), Muhammad Daud Beureuh also regretted the attitude of the government that still execute death row inmates. In fact, Indonesia itself has just mourning after two of its workforce was executed by the government of Saudi Arabia recently. David also said, "The government could rethink and redesign the execution of this criminal system in Indonesia to rescue the citizen facing (WNI) the death sentence in other countries,".
The second result is stretching Indonesian relations with other countries, especially European Union countries or countries that are humanly very uphold the rights to life when the death penalty is still set in Indonesia. Al Araf rejected the intervention of foreign parties so that the execution phase two is often delayed. According to him, foreign parties to intervene, but it is not a form of solidarity for Indonesia, which tarnished by the death sentence. besides, Indonesia still has many weaknesses and until now Indonesia still needs help from other countries to the fore.
With the establishment of the death sentence for drug dealers in Indonesia can make the bad influence such as loss of international reputation in the world that Indonesia will be reduced confidence and Indonesian relations with other countries will increasingly tenuous that will make Indonesia a big loss.


Rabu, 15 April 2015

Introduction to Education





1. Golongan  realisme adalah orang yang beranggapan bahwa realitas ini bersifat bendawi Yang lebih menekankan pada realitas dan fungsi-fungsi jasmani.  Anggapan demikian menunjukkan bahwa keberadan dan kehidupan manusia sangat ditentukan oleh fisiknya, sedangkan  materialis adalah orang yang beranggapan bahwa alam ini merupakan wujud gerak mekanistik yang terdiri dari benda (materi,) tunduk kepada hukum-hukum materi atau hukum-hukum alam yang bekerja secara mekanik. Semua yang dikerjakan dan diperbuat oleh manusia  merupakan kausalitas alami tanpa diintervensi oleh aspek lainnya. 

2. Proses penciptaan manusia menurut saya yaitu, pada awalnya Allah mencipatakan manusia sbelumnya dari tanah seperti Nabi Adam dan Nabi Muhammad SAW. Karena Nabi Muhammad adalah Mahluk yang paling dahulu diciptakan.

Setelah adam diciptakan kemudian Siti Hawa diciptakan dari tulang rusuk adam sendiri. Dan kemudian manusia-manusi setelahnya itu diciptakan dari darah dan mani.

3. Menurut saya pendapat ibnu maskawih itu benar, bahwa pada mulanya hanyalah Tuhan  yang ada. Tuhan tidak didampingi oleh siapa pun dan oleh apa pun. Pada suatu ketika -dalam kesendirian-Nya- Dia menciptakan sesuatu dari tiada, maka sesuatu  menjadi ada disamping keberadaan-Nya.

4. Pernyataan tersebut menurut saya memang benar, karena sejak keberadaan Adam dan Hawa dibumi dan kemdian melahirkan keturunan, mereka mengajarkan cara melestarikan bumi dan hal tersebut masih diterapkan yang disimpulkan dalam ilmu pendidikan (sains) ilmu tentang alam.

5. Iya, karena orang tua adalah pendidik pertama untuk anak sebelum anak tersebut menerima pendidikan disekolah.

6. Maksudnya, para filosof berpendapat bahwa tuhan menciptakan alam tidak melalui kehendaknya, melainkan sebagai sebuah keniscayaan logis (pancaran dari kegiatan berpikir Tuhan).



b. 1. Aspek fisik/jasmani manusia  hidup di alam ini dan  tunduk kepada hukum alam, dan ia memerlukan penyesuaian diri dengan tuntutan hukum-hukum alam. Keberlanjutan kehidupannya hanya bisa terwujud bilamana kebutuhan fisiknya dapat terpenuhi, seperti makan, minum, menghirup udara dan lain sebagainya. Sedangkan aspek psikis/rohani manusia adalah sesuatu yang tidak bersifat fisik/materi (inmateri).   Aspek spiritual adalah esensi manusia, terpisah dari fisik dan mempunyai potensi untuk mengetahui dan mengalami, serta sebagai subjek penerima informasi dari dalam maupun dari luar dirinya.

2. Aspek kejiwaan atau aspek spiritual adalah sesuatu yang lain dari tubuh dan bentuk-bentuknya berbeda dengan bentuk tubuh.

3. aspek psikis, karena aspek psikis adalah input dari proses pendidikan dan aspek fisik sebagai output nya.

4. .a. Akal praktis, yang menerima arti-arti yang berasal dari materi melalui indra pengingat  
         yang ada dalam jiwa binatang.
     b. Akal teoritis, yang menangkap arti-arti murni, yang tak pernah ada dalam materi seperti
         Tuhan, roh dan malaikat.
Akal praktis memusatkan perhatian kepada alam  materi,  sedang akal  teoritis  kepada  alam 
metafisik.  Dalam  diri  manusia terdapat tiga macam jiwa ini, dan jelas bahwa yang 
terpenting diantaranya adalah jiwa berpikir manusia yang disebut akal ituAkal praktis, kalau
terpengaruh oleh materi, tidak  meneruskanarti-arti,  yang  diterimanya  dari indra pengingat
dalam jiwa binatang, ke akal teoritis.  Tetapi  kalau  ia  teruskan  akal teoritis akan
berkembang dengan baik.

Akal teoritis mempunyai empat tingkatan: 
1. Akal potensial dalam arti akal yang mempunyai potensi
    untuk menangkap arti-arti murni.
2. Akal bakat, yang telah mulai dapat menangkap
    arti-arti murni.
 3. Akal aktual, yang telah mudah dan lebih banyak
    menangkap arti-arti murni.
4. Akal perolehan yang telah sempurna kesanggupannya
    menangkap arti-arti murni.



Latihan



1.               1. Keturunan manusia diciptakan dari sel-sel sperma yang bercampur dengan sel-sel telur (ovum) 
                  dalam rahim seorang ibu yang mengandungnya.

2.   Dimensi fisik dan dimensi psikis

3.   Manusia berkembang secara evolusionis, dari benda yang sangat sederhana yang berkembang sedemikian rupa menjadi benda yang lebih kompleks.

4.   Surat al an’aam ayat ke 2.

5.   Maksudnya, para filosof berpendapat bahwa tuhan menciptakan alam tidak melalui kehendaknya, melainkan sebagai sebuah keniscayaan logis (pancaran dari kegiatan berpikir Tuhan).

6.   Al-Suhrawardi

7.   Nur Muh}ammad (cahaya Muhammad) atau sering pula disebut  dengan al-Haqiqah al-Muhammadiyah الحقيقة المحمد ية) / hakikat kemuhammadan), ruh Muh}ammad, atau al-‘aql al-awwal.

8.   Akal aktif

9.   Tunduk pada hukum agama.

10. Pemikiran tuhan.